Minggu, 04 November 2018

ILMU SOSIAL DASAR


Nama : Dhinda Afsaryna Awanys
Kelas/NPM : 5KA44/1B117093


   SariWangi merupakan merek lokal asli Indonesia yang diperkenalkan pada tahun 1973 dalam format teh celup – suatu cara modern baru untuk minum teh selain teh bubuk. Di tengah kemerosotan pasar teh daun Indonesia karena saat itu teh dianggap sebagai minuman kuno dan tidak praktis dalam penyajiannya, teh celup SariWangi telah berhasil menempatkan dirinya sebagai merek teh celup terkemuka dan meremajakan pasar teh di Indonesia.

Sebagai teh yang telah berusia puluhan tahun, teh celup SariWangi adalah salah satu merek teh terpopuler di Indonesia.


1. Bagaimana perusahaan besar Teh SariWangi bisa bangkrut ?


Teh celup paling populer di Indonesia ini dikabarkan pailit karena utang. PT SariWangi Agriculturla Estate Agency berutang Rp1,05 triliun kepada PT Bank ICBC Indonesia. Tak hanya Sariwangi, PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung yang juga mengalami kasus serupa dengan utang Rp35,71 miliar.

Mengurai sengketa utang-piutang Sariwangi dan Indorub harus dimulai ketika proses PKPU keduanya berakhir damai pada 9 Oktober 2017. Sariwangi punya tagihan senilai Rp 1,05 triliun, Sementara Indorub punya tagihan senilai Rp 35,71 miliar.

Mengutip salinan putusan, restrukturisasi utang pokok Sariwangi dan Indorub baru akan dibayar setelah waktu tenggang (grace period) enam tahun pascahomologasi. Sementara utang bunga akan langsung dibayar perbulan, selama delapan tahun pascahomologasi.

Perinciannya sebesar 4,75 persen akan dibayarkan pada tahun pertama, dan kedua 5,5 persen akan dibayar pada tahun ketiga, dan keempat. 6,5 persen akan dibayar pada tahun kelima, dan keenam. Dan 7,5% akan dibayar pada tahun ketujuh, dan kedelapan.

Kewajiban 416.000 dollar AS yang dimiliki Sariwangi, dan 42.000 dollar AS milik Indorub kepada ICBC pun sebenarnya hanya utang bunga pada tahun pertama. Pun, tagihan bunga ini yang harusnya dicicil tiap bulan kemudian ditangguhkan selama setahun pascahomologasi, sehingga harus dibayarkan pada 9 Oktober 2016.

"Debitor baru mulai melakukan pembayaran pada Desember 2017, dan ini juga tidak jelas untuk pembayaran apa? Karena selain utang bunga yang ditangguhkan, debitor juga punya kewajiban atas bunga dari 9 Oktober 2016. dan seterusnya, karena tagihan terus jalan," kata Kuasa Hukum ICBC Swandy Halim dari Kantor Swandy Halim & Partners.

Makanya, kata Swandy permohonan pembatalan homologasi diajukan ICBC. Pun ia menambahkan bahwa pembayaran pun hanya dilakukan oleh Indorub, Sariwangi sama sekali tak pernah membayar.

Padahal, Swandy bilang tagihan PKPU sejatinya tanggung renteng (cross default). Dalam arti, seluruh tagihan PKPU jadi tanggung jawab bersama Sariwangi dan Indorub. Sehingga, jika Sariwangi tak mampu melakukan pembayaran, maka Indorub yang harus bertanggung jawab.

"Indorub hanya membayar porsinya saja, sementara dari Sariwangi tidak pernah ada pembayaran. Padahal ini cross default, dia juga punya kewajiban membayar utang Sariwangi," sambung Swandy.
Hingga 24 Oktober 2017, setelah ditambahkan bunga total nilai tagihan yang dipegang ICBC kepada Sariwangi senilai Rp 288,932 miliar, dan kepada Indorub senilai Rp 33,827 miliar. Sementara perincian kewajiban senilai Rp 1,05 dari Sariwangi berasal dari 5 kreditur separatis (dengan jaminan) senilai Rp 719,03 miliar, 59 kreditor konkuren (tanpa jaminan) Rp 334,18 miliar, dan kreditor preferen (prioritas) senilai Rp 1,21 miliar.

Sedangkan kewajiban Indorub senilai Rp 35,71 miliar, perinciannya adalah lima separatis senilai Rp31,50 miliar, 19 konkuren senilai Rp 3,28 miliar, dan preferen sebesar Rp 922,81 juta. 


2. Apa hubungan SariWangi dengan Unilever ?

PT Unilever Indonesia Tbk selaku pemegang merek atau brand teh Sariwangi memberikan penegasan bahwa produknya ini tetap berproduksi meski produsen teh, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency dinyatakan pailit oleh PN Niaga Jakarta Pusat.

Head of Corporate Communications Unilever Indonesia Maria D Dwianto menjelaskan, Unilever Indonesia telah mengakuisisi atau membeli brand teh celup Sariwangi dari perusahaan bernama PT Sariwangi Agricultural Estate Agency. 
"Jadi saya ceritakan hubungan Unilever, teh Sariwangi dengan PT Sariwangi Agricultural Jadi pada 1989, meraka (produsen teh Sariwangi) jual brandnya itu ke Unilever Indonesia. Tapi mereka kemudian meminta izin untuk tetap memakai nama PT Sariwangi".

Dia melanjutkan, walaupun brand sudah dijual, PT Sariwangi Agricultural kemudian menjadi mitra kerja Unilever. Di mana perusahaan ini tetap memproduksi beberapa varian Sariwangi.

"Jadi walaupun brand sudah dibeli, PT Sariwangi itu menjadi mitra atau rekan bisnis kita yang melakukan produksi," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, kemitraan Unilever dengan PT Sariwangi Agricultural pun berakhir. Maria menegaskan, bahwa kontrak ini disudahi sebelum produsen teh Sariwangi ini dinyatakan pailit oleh PN Niaga Jakarta Pusat.

"Kemarin diberitakan pailit itu adalah PT Sariwangi Agricultural. Jadi dia pailit dan sudah tidak ada. Tapi teh Sariwangi tetap ada karena milik Unilever. Karena informasi untuk menghormati semua pihak, kami tidak bisa bicara detail kapan kerjasamanya berakhir. Jadi rahasia. Tapi yang jelas itu terjadi sebelum putusan pengadilan, di mana kami sudah tidak bermitra lagi," ujarnya.



3. Bagaimana peran Unilever terhadap sariWangi ?

Melihat teh celup SariWangi punya masa depan bisnis yang baik, Unilever pun tertarik padanya. Pada 1989, seperti dicatat Swa, Unilever membeli merek SariWangi. Hingga kini merek tersebut diproduksi PT Unilever Indonesia.

Setelah produk Teh Celup Sariwangi diakusisi, PT SariWangi tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak dibidang trading, produksi, dan pengemasan teh.

Lalu perihal kabar pailitnya SariWangi, PT Unilerver Indonesia sebagai pemilik resmi produk teh merek Sariwangi menjelaskan merek tersebut tidak mengalami pailit, seperti kabar yang beredar.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Unilever Indonesia, bahwa PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung (MPISW) tak berhubungan dengan Unilever.

SAEA dan MPISW tak bekerja sama dengan Unilever, tak pula anak perusahaan Unilever.
Memang, dulu SAEA dan Unilever sempat bekerja sama sebagai rekanan usaha tetapi kini tak ada kaitan apa pun antara Unilever dan SAEA.



4. Bagaimana kondisi SariWangi terhadap produknya ?

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memastikan produksi teh Sariwangi tetap berjalan, meski PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dinyatakan pailit. 
Head of Corporate Communication PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Maria Dewantini Dwianto mengatakan setelah brand Sariwangi dibeli Unilever, sebenarnya SAEA masih menjadi mitra sebagai penyuplai teh untuk Sariwangi.
"Jadi, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency itu bukan anak usaha dari Unilever. Namun, pernah menjadi mitra sebagai pemasok tehnya. Hanya saja saat ini pun sudah tidak menjadi mitra," kata Maria kepada Liputan6.com, Kamis (18/10/2018).
Saat ini Unilever sudah memiliki mitra pengganti untuk memasok bahan baku teh Sariwangi. Pemutusan kerja sama sudah diproses sejak awal 2018.
"Jadi, untuk produk teh Sariwangi tetap berproduksi, jangan khawatir," tegas dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar